Home | Download | Mp3 |
Cerita kiriman Sailendra.
Saya bukan orang yang memiliki indra keenam. Tetapi pada saa-saat
tertentu saya bisa merasakan dan melihat mahluk halus yang tidak kasat
mata atupun yang menyamar seperti orang seperti cerita saya kali ini.
Malam itu saya disuruh orang tuaku pulang. Karena mendadak malam-malam
ahirnya saya pulang naik bus (biasanya naik sepeda motor). Naik bus dari
depan kost menuju kota tempat tinggalku memerlukan waktu 3,5 jam.
Saat naik bus memang tidak terjadi apa-apa. Semua normal seperti
biasanya. Saya mendapat tempat duduk di barisan nomer tiga di sebelah
kiri. Dikiri saya ada bapak-bapak buncit yang sedang tidur pulas.
Ditengah perjalanan sang sopir menghentikan bus untuk menaikkan
penumpang. Sang kondektur membukakan pintu belakang jadi aku tidak
mengetahui siap yang masuk. Lalu bus berjalan lagi.
Kulirik kanan kiri bus dan aku mulai curiga. Ternyata bus ini masih
melaju di sekitar hutan jati. Perlu setengah jam lebih untuk keluar dari
jalan di tenagh-tengah hutan ini, tetapi kenapa ada orang yang
menghentuikan bus di hutan seperti itu.
Aku berusaha melenyapkan pikiran negatifku itu dengan memejamkan mata.
Saat memejankan mata aku merasa ada seseorang dari belakang berjalan
kedepan. Entah mau turun atau mencari tempat duduk di depan yang jelas
aku mendengar langkahnya yang semakin mendekat. Lalu di tak sengaja
menyenggol tanganku saat berjalan.
Karena tersenggol ahirnya aku buka mata. Di depanku terdapat sesosok
kakek-kakek yang sedikit membungkuk. Dialah yang menyenggolkuku.
Tiba-tiba instingku bergerak tanpa sadar. Dia bukan manusia, dia mahluk
halus. Semakin aku tekan rasa itu semakin besar rasa hatiku mengatakan
kalu itu bukan manusia. Badanku terasa sangat tidak nyaman, seperti ada
tubukan energi dari tubuhku dan tubuhnya. Kurasakan hawa yang snagat
dingin tercampur panas menyerangku saat melihat kekek itu berjalan
kedepan. Hati berdetak dengan sangat kencang, tangan dan kaki gemetar
sengan cepatnya, bulu bulu rambut berdiri dengan sangat tegak adak aku
tidak bisa menahan diri. Lalu tanpa sadar aku berteriak ketakutan dan
aku berlari kebelang.
Perbuatanku itu membuat semua orang yang ada di bus kebingungan. Tangan
kondektur yang berdiri di belakang kugenggam erat sambil aku terus
menatap kakek tersebut. Tubuhku ketakutan hebat, kulitku merinding
disco.
Kakek tersebut sama sekali tidak menengok ke arahku, padahal semua orang
dalam bus berusaha melihatku. Dia tetap berjalan ke depan dan duduk di
bangku paling depan. Aku merasakan sebuah energi yang sangat
bertentangan dengan energiku dan ahirnya membuat tubuhku merasakan hal
yang tidak enek.
“tenang mas, tenag. Duduk saja di belakang. Saya tahu.”
“tapi itu pak, itu!!!” omeluku sambuil gemetar ketakutan.
“Saya tahu, saya tahu mas. Mas duduk di belakang saja”
Kondektur itu seolah-olah mengerti dan berusaha menenangkanku. Tubuhku
terus ketakutan, tegang dan keringat bercucuran. Tak kuhiraukan orang
yang duduk di kanan dan kiriku, mataku tetap menatap kakek yang ada di
depan.
Entah berapa lama ahirnya kakek itu minta di turunkan. Aku tidak tahu di
daerah mana dia turun. Mata minusku yang tidak memaki kacamata membuat
pandangan mataku sedikit terbatas pada jarak tersebut. Setelah kekek itu
turun baru aku bilang kondektur yang masih berada di sampingku.
“pak itu tadi bukan manusia pak!, bukan manusia” kataku berulang-ulang.
“biasa mas, dia selalu naik dan turun bus seperti ini. Seperti langganan.”
“tapi dia bukan manusia Pak!” kataku lagi meyakinkan.
“tenang mas, saya tahu dan saya mengerti”
“bapak tahukan maksut saya, dia bukan manusia” bentakku.
“iya saya tahu mas, mas tenag saja”
Setelah itu baru aku mendapat penjelasan. Ternyata kakek itu adalah
korban kecelakaan bertehun-tahun yang lalu sebelum jalan di sini ramai
seperti sekarang. Kakek itu akan naik dan turun di tempat yang sama.
Bagi sopir dan kondektur bus yang lewat jalan tersebut, hal tersebut
sudah menjadi hal bisa.